 |
Makaulhuveli, sebuah pulau tak berpenghuni di Atol Laamu |
Sudah sejak awal Juli
2018 saya berada di Maladewa.
Sejak itu saya sudah menetap di beberapa pulau di Atol Laamu sebagai kantor
basis, selain mengunjungi pulau-pulau lainnya dalam penelitian peninggalan
sejarah dan budaya Maladewa.
Dari yang saya lihat dan alami sejauh ini, ternyata Maladewa mempunyai
persamaan dengan Indonesia, khususnya Aceh. Baik dari fisik orangnya,
kebiasaan, sampai makanan. Hal ini wajar saja mengingat ratusan tahun yang lalu sudah ada hubungan
pelayaran di sepanjang Samudera Hindia. Para pelayar dan pedagang dari Aceh,
India, Maladewa, Arab dan sekitarnya singgah di beberapa tempat dalam
perjalanannya menjelajah Samudera. Melalui persinggahan inilah terjadi
percampuran dan pertukaran adat, budaya, bahkan suku.
Ayo kita simak tujuh persamaan antara Maladewa dan Aceh berikut ini.
1. Orang
 |
Orang Aceh dan Maladewa seusai perang tepung warna dalam perayaan Idul Adha di Gan. Mirip? |
Kalau saya
melihat orang Maladewa, mereka tak terasa terlalu asing. Mirip dengan sebagian
orang Aceh keturunan India. Bisa jadi dulu perkawinan campuran terjadi juga
antara orang Aceh dengan Maladewa, seperti dengan India yang kita tahu selama
ini. Penduduk Maladewa terdiri dari 4 etnis utama, yaitu Sinhalese, Dravida, Arab dan Afrika. Divehi adalah
sebutan untuk orang dan Bahasa Maladewa dalam Bahasa asli mereka.
 |
Anak Maladewa bermata abu-abu |
2. Makanan/Bumbu Masak
 |
Risol isi ikan |
Makanan di
Maladewa hampir mirip dengan Aceh dan India, walaupun rempah-rempahnya tidak
sekuat masakan India. Beberapa masakan yang mirip dengan di Aceh yang sudah
saya jumpai antara lain
gulai atau kari, dodol, keripik
sukun (theluli ban’bukeyo), keripik ubi seperti opak (papadam), serta kue-kue seperti risol dan pastel. Tapi bedanya isi
kuenya bukan sayur seperti di Indonesia, melainkan ikan tuna yang dihaluskan.
Beberapa bumbu masak yang juga sering digunakan di Maladewa antara lain
belimbing sayur (bilimbi), jahe, kunyit, daun kari (temurui).
 |
Keripik Sukun |
3. Ikan kayu/Keumamah
 |
Keumamah dijual di toko swalayan |
Salah satu
kuliner khas Aceh adalah ikan kayu atau keumamah. Keumamah biasa dibuat dari ikan tongkol atau tuna yang dimasak kemudian
dijemur, baru diolah menjadi berbagai masakan. Ikan kayu di Maladewa dibuat
dengan cara mengasapi ikan tuna sampai keras. Olahan ikan ini dalam Bahasa Dhivehi disebut Valomash.
4. Sirih
 |
Sirih biasa disajikan sebagai cemilan pendamping kopi |
Siapa sangka
ternyata orang Maladewa suka nyirih. Bahkan sepertinya lebih daripada orang
Aceh. Kalau di Aceh sekarang ini sirih lebih banyak digunakan untuk acara adat,
di Maladewa sirih masih dikonsumsi sebagai camilan sehari-hari. Warung kopi
atau kafe di Maladewa biasa menyediakan Dhufathashi atau seperangkat sirih sebagai camilan selain kue-kue.
5. Pantai
Sebagai negara
kepulauan tentunya pantai menjadi salah satu daya tarik utama. Maladewa
selayaknya Aceh juga punya banyak sekali pantai dengan bermacam jenis pasir. Dari yang halus sampai sebesar kerikil. Dari pasir putih sampai yang hitam. Suatu keuntungan bagi
Maladewa bisa mengelola alamnya menjadi daya tarik utama pariwisata.
 |
Donberaha, pulau tak berpenghuni di Atol Laamu. |
6. Salam Tempel/Angpao
 |
Pembagian Angpao sesudah Shalat Idul Adha di Gan |
Tiap lebaran,
anak-anak di Indonesia biasa mendapat salam-tempel dari orang tua atau kerabat.
Di Maladewa tak hanya sewaktu lebaran, di beberapa tempat pembagian angpao juga
dilakukan sesudah Shalat Jumat. Angpao biasanya dibagi
di pintu atau gerbang masjid. Tak cuma anak-anak, orang
tua juga mendapat angpao lho.
7. Congklak
 |
Ibu-ibu bermain congklak di sebuah rumah di Kunahandhoo |
Siapa yang suka main
congklak? Ternyata bukan cuma kita di Indonesia yang punya permainan ini. Maladewa
juga punya permainan yang dimainkan dengan papan berlubang dan biji kelereng
atau keong ini. Dalam Bahasa mereka permainan ini disebut Ohvalhu Gondi.
Jangan2 nenek moyang orang Aceh sama pulak dengan orang Maladewa
BalasHapus