Kali ini aku bercerita lagi
tentang
Inter dan
Milan, Italia. Semoga kalian tidak bosan. Untuk kedua kalinya
aku berkunjung ke Milan dan menonton langsung Inter bertanding di Stadion
Giuseppe Meazza, San Siro. Berbeda dengan kunjungan yang pertama di mana aku
traveling seorang diri, kali ini aku bersama dua
orang teman, Rikaz dan Isabella.
 |
Pasar Loak di Porto Genova |
 |
Kastil Svorza sedang ramai dengan pengunjung | |
|
|
Rikaz adalah teman sekaligus adik
letingku dari Banda Aceh yang sedang mengikuti pertukaran pelajar selama dua
bulan di Ferrara, Italia. Dia seorang calon dokter dan mendalami bedah plastik
selama mengikuti program di Ferrara. Sedangkan Isabella adalah seorang gadis
yang berasal dari Morbegno, Italia yang kukenal setahun lalu di Banda Aceh
sewaktu dia melakukan penelitian untuk kuliah S2-nya di Milan.
 |
Sisi lain Kastil Svorza |
 |
Wall of Dolls |
|
|
|
Setelah janjian dengan Rikaz dan
Isabella, aku berangkat dari Bandara Berlin Schonenfeld menuju Milan Bergamo
tanggal 28 Mei 2015. Isabella berangkat dari rumahnya di Morbegno dan kami
janjian bertemu di Piazza Duomo, di mana Katedral Milan terletak. Rikaz sendiri
baru datang ke Milan keesokan harinya karena masalah kereta.
 |
Reuni di Piazza Duomo |
Setelah aku bertemu dengan
Isabella, kami sempat berkeliling di sekitar Piazza Duomo, Galeria Vittoria
Emmanuelle II, juga Solo Inter Store, toko resmi Inter yang letaknya tidak
terlalu jauh dari Katedral Milan. Kemudian kami menuju apartemen milik teman
Isabella. Temannya ini sedang mudik dan menitipkan kunci apartemennya ke
Isabella sehingga kami bisa menumpang. Itulah salah satu keuntungan punya teman
di kota-kota tujuan traveling, :D
 |
Salah satu sudut Porto Genova |
Keesokan harinya sambil menunggu
kedatangan Rikaz, Isabella membawaku berkeliling kota Milan. Kami melewati
beberapa spot menarik seperti gereja tua dengan arsitektur khas Milan berupa
atap berbentuk segitiga dan dindingnya berupa bata ekspose yang berwarna merah
dan tersusun rapi. Kami juga berkunjung ke Kastil Svorza yang dibangun pada
abad ke-15 dan Porto Genova, suatu daerah di Milan di mana terdapat gerbang
kota kuno.
 |
Berpose di depan Stadion Giuseppe Meazza dengan banner Inter Club Indonesia Regional Aceh |
Di sini kami sempat menikmati cappuccino dan melihat pedagang barang bekas dan antik di sepanjang sungai.
Selain itu kami
juga melihat Wall of Dolls, dinding boneka di mana kita bisa melihat banyak
boneka tergantung sebagai simbol perlawanan atas kekerasan terhadap perempuan.
Setiap boneka yang digantung melambangkan perempuan yang menjadi korban
kekerasan.
 |
Banner ICI Aceh di tribun Giuseppe Meazza |
Akhirnya kami pun mendapat kabar
kereta yang membawa Rikaz akan sampai di Milan. Aku dan Isabella menuju stasion
Milano Central dan bertemu dengan Rikaz di sana. Setelah itu kami menuju Piazza
Duomo lagi untuk melihat-lihat dan berfoto-foto. Lalu pulang ke apartemen untuk
beristirahat.
Malamnya kami menuju Stadion
Giuseppe Meazza untuk menonton pertandingan Liga Italia Serie A antara Inter
melawan Empoli. Itu adalah pertandingan terakhir musim 2014/2015. Pertandingan
itu tidak berpengaruh lagi bagi posisi Inter di klasemen. Inter bertengger di
posisi 8 klasemen akhir Serie A, bukan musim yang baik.
 |
Curva Nord Giuseppe Meazza |
Sesampainya di depan stadion,
para supporter sudah mulai terlihat ramai. Kami pun mulai berfoto-foto.
Termasuk dengan banner titipan dari teman-teman Inter Club Indonesia Regional
Atjeh yang diberikan padaku setahun lalu. Setelah itu aku dan Rikaz membeli
tiket pertandingan. Cuma kami berdua yang menonton, Isabella tidak tertarik
menonton bola. Setelah mengantar kami berkeliling dan foto-foto, ia pun pulang
ke apartemen.
 |
F.C. Internazionale vs. Empoli |
Kami membeli tiket utuk menonton di
Curva Nord, tribun utara stadion tempat tifosi ultras Inter selalu mendukung
dengan setia setiap kali inter bertanding. Harga selembar tiket di tempat kami
menonton 20 Euro, tidak terlalu mahal karena ini memang bukan pertandingan
besar atau
big match. Oh ya, di sini kita tidak boleh membawa masuk botol minuman dan
selfie stick alias tongsis ke dalam stadion. Aku dan Rikaz harus menitipkan barang-barang ini di pedagang di pelataran stadion, baru bisa masuk ke dalam.
Sebelum pertandingan aku memasang banner ICI Aceh di tribun Curva Nord. Tapi aku diingatkan oleh salah seorang tifosi di situ untuk memindahkan banner ke tribun sebelah, tribun barat. Ternyata hanya tifosi ultras yang boleh menampilkan banner di Curva Nord. Aku pun memindahkan banner ICI Aceh ke tribun barat.
 |
Curva Nord Giuseppe Meazza |
Pertandingan dimulai jam 8.45
malam di bawah langit gelap kota Milan dan bulan purnama yang perlahan-lahan
terbit seiring berjalannya waktu. Sejak awal pertandingan kedua tim sudah
saling menyerang. Meskipun bergitu, tidak terlalu banyak peluang yang didapat kedua tim di babak pertama. Baru
di babak kedua pertandingan menjadi lebih menarik. Banyak gol tercipta. Skor
akhir menunjukkan angka 4-3 untuk kemenangan Inter. Puas. Lagi-lagi Inter
menang sewaktu aku menonton
langsung.
F.C. Internazionale 4 - 3 Empoli
Gol:
Inter: R. Palacio 49’, M. Icardi 53’, 77’, M. Brozović 70’
Empoli: L.
Mchedlidze 59’, 88’, M. Pucciarelli 62’
Susunan Pemain:
Inter: S. Handanovic; A. Ranocchia, Juan Jesus, Felipe (D.
Santon 21’), Y. Nagatomo; M. Brozovic, G. Medel, M. Kovacic (L. Podolski 83’); Hernanes;
R. Palacio (F. Dimarco 90’) M, M. Icardi
Empoli: D. Bassi; V. Laurini (Mario Rui 54’), F.Barba (L.
Tonelli 69’), D. Rugani, E. Hysaj; D. Croce, M. VAldiviori, M. Vecino; R.
Saponara (S. Verdi 43’); M. Pucciarelli, L. Mchedlidze
 |
Birthday Present |
Setelah
pertandingan usai, aku dan Rikaz kembali ke apartemen temannya Isabella.
Sesampainya di dekat apartemen, kami sempat tersesat karena salah berbelok.
Sampai harus dijemput langsung oleh Isabella sendiri. Di apartemen, kami
memasak makan malam berupa martabak mie dari bekal yang dibawa Rikaz. Saking
laparnya, aku langsung memotong dan melahap martabak mie yang baru siap
dihidangkan tanpa difoto-foto lagi seperti kebiasaan anak jaman sekarang, haha…
Malam itu aku juga mendapat kejutan hadiah ulang tahun berupa teko pembuat kopi
espresso khas Italia. Padahal ulang tahunku sudah lewat sekitar dua minggu.
Terima kasih Rikaz…
 |
Pemandangan di depan Stasiun Pusat Venezia |
 |
Seniman topeng Venezia |
 |
Pemandangan Kota Venezia |
Keesokan harinya, kami berpisah
dan melanjutkan perjalanan masing-masing. Rikaz mengikuti Isabella ke kampung
halamannya di Morbegno, sedangkan aku menuju kota air, Venezia. Aku berangkat
dari Stasion Milano Central. Perjalanan dari Milan ke Venezia ditempuh selama
kurang lebih 2 jam .
 |
Gondola |
 |
Gondola sedang berlabuh |
 |
Perahu di dermaga |
Sesampainya di stasion Venezia,
aku langsung membeli peta di pusat informasi dan mulai berkeliling. Pengunjung
pada hari itu cukup ramai. Menikmati keindahan Venezia bisa dilakukan dengan
berjalan kaki, menumpang bus laut (kapal) atau dengan gondola. Karena bepergian
sendiri, aku memilih berjalan kaki saja.
 |
Salah satu sudut kota Venezia | |
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
Aku berjalan menelusuri jalan,
lorong-lorong sempit, melewati kanal-kanal untuk mengunjungi satu per satu
spot-spot wisata yang tertera di peta. Beberapa di antaranya Pasar Rialto, Jembatan Rialto, Piazza San Marco, Menara Jam Venezia, dan Palazzo Ducale. Tata kota Venezia sungguh unik, menarik.
Wajar saja kota ini menjadi kota tujuan wisata terindah nomor satu di dunia
versi salah satu situs wisata. Menurutku sendiri, kota ini lebih indah daripada
Praha, Republik Ceska yang banyak disebut-sebut sebagai kota terindah di Eropa.
 |
Gondola di Kanal |
 |
Piazza San Marco |
Aku berkeliling Venezia sampai sore hari. Di akhir perjalanan aku sempat mencoba bus laut alias kapal untuk kembali ke stasiun utama Venezia. Dari situ aku kembali menumpangi kereta ke Milan. Malam itu aku menginap di hotel dekat Stasiun Central Milan. Besoknya, pagi-pagi sekali aku menuju Bandara Milan Bergamo untuk kembali ke Jerman.
Mantap kalilah Bang Zaki kami!
BalasHapusAih, Venesia!!!! Tulis nama saya di air sungai itu bang :)
Mudah-mudahan bisa ke sini lagi Bang, amin...
Hapuswahhh keren banget nih si abang, bisa jalan jalan kesono,
BalasHapus