Alhamdulillah,
tahun ini kita bisa berjumpa lagi dengan bulan suci Ramadhan. Bulan Ramadhan
kali ini adalah untuk yang kedua kalinya aku jalani jauh dari kampung halaman,
setelah di minggu terakhir Ramadhan tahun lalu aku sampai di Jerman. Untuk kedua kalinya juga aku menjalani puasa di Musim Panas di Eropa yang durasinya sekitar 19 jam dari Subuh sampai Magrib.
Ramadhan kali
ini aku jalani di Weimar, menjelang akhir Summer Semester yang dilanjutkan
dengan ujian final. Ramadhan kali ini juga bertepatan dengan beberapa peristiwa
besar, yaitu Pemilu Presiden di Indonesia dan Piala Dunia 2014 di Brazil.
 |
Sumber: hdwallimg.com |
Suasana Ramadhan
di Weimar sangat berbeda dengan di Aceh, bahkan Goettingen tempatku mengikuti
kursus Bahasa Jerman tahun lalu. Hal ini pastinya karena jumlah warga muslim
yang sangat sedikit. Kalau di Goettingen kita masih bisa mengikuti buka puasa
bersama dan shalat tarawih rutin di masjid. Sedangkan di Weimar, hal ini sangat
jarang. Bahkan pernah di hari kedua puasa, aku datang ke masjid, tapi tidak ada
orang lain yang datang untuk shalat tarawih, setelah di hari pertama hanya ada
enam orang yang datang.
Alhasil, bulan
puasa kali ini aku sudah beberapa kali tidak mengikuti shalat tarawih
berjamaah. Selebihnya aku lakukan sendiri di asrama. Hal ini juga karena letak
asramaku yang cukup jauh dari masjid dan jam 11 malam waktu isya itu sudah tidak
ada lagi bus yang beroperasi. Untuk ke masjid biasanya aku menggunakan sepeda.
Oh iya, awal
Juli yang lalu aku memang baru pindah asrama ke Am Herrenroedchen, pinggiran
kota Weimar. Memang jaraknya ke kampus lebih jauh daripada asramaku
yang sebelumnya di Leibnizallee. Tapi di sini kamarnya lebih luas dan nyaman. Kebanyakan orang
Indonesia di Weimar pun tinggal di sini. Banyak itu 7 dari 10 orang Indonesia
di Weimar, lumayan lah jumlahnya.
Kurang terasanya
suasana Ramadhan di sini sedikit terobati sewaktu kami, warga Indonesia di Am
Herrenroedchen mengadakan buka puasa bersama di tempat Mas Hendra. Waktu itu
sebelum buka puasa jam setengah 10 kami menunggu sambil nonton bareng
pertandingan Piala Dunia. Setelah berbuka puasa dan shalat, dilanjutkan lagi
dengan menonton pertandingan Piala Dunia yang kedua. Eh, ternyata kebablasan,
setelah pertandingan selesai dan melaksanakan shalat Isya, waktu untuk sahur
pun tak lama lagi datang. Akhirnya buka puasa bersama pun dilanjutkan dengan
sahur bersama. Paginya setelah shalat subuh dan dilanjutkan dengan
ngobrol-ngobrol lagi, baru kami kembali pulang ke kamar masing-masing.
Sudah setengah
bulan Ramadhan ini kita lewati. Tak lama lagi Hari Raya Idul Fitri pun tiba.
Hari Raya kali ini kembali akan aku rayakan di Weimar, dan jatuhnya di
sela-sela jadwal ujian. Semoga saja ujian semester di bulan puasa selama dua minggu
ke depan lancar. Tak sabar rasanya untuk pulang ke Aceh selama libur musim panas nanti.
Belum ada tanggapan untuk "Ramadhan di Weimar"
Posting Komentar