Sudah 3 bulan aku tinggal di Jerman. Sudah 3 bulan juga aku
tidak memangkas rambutku. Ya, terakhir aku pangkas rambut di tempat pangkas
langgananku di Banda Aceh akhir Juli yang lalu, sebelum berangkat ke Jerman.
Selama 2 bulan di Göttingen dan sebulan ini di Weimar, aku biarkan rambutku
tumbuh memanjang begitu saja. Sampai akhirnya beberapa hari ini rambut yang
semakin memanjang itu terasa mengganggu.
Salah satu alasan aku menunda-nunda pergi ke tukang pangkas
adalah ongkosnya yang mahal. Harga paling murah yang pernah kulihat adalah 7
Euro di salah satu salon di Göttingen. Sementara salon-salon lainnya memasang
harga berkisar antara 15-20 Euro, tergantung layanan-layanan tambahan seperti
cuci dan sebagainya. Sedangkan tarif pangkas untuk anak-anak berkisar di harga
10 Euro. Tapi selama tinggal di Gottingen aku masih nyaman dengan rambutku dan
belum kepikiran untuk memangkasnya.
Akhirnya sepulang kuliah tadi aku memutuskan untuk pergi ke
sebuah salon di dekat pusat kota Weimar. Aku kesini karena saran dari kawanku. Salonnya lumayan besar, dengan 5 set kursi dan meja tempat
pangkas, 3 set kursi untuk mencuci rambut dan sebuah ruang tunggu yang lumayan
luas. Seluruh karyawannya wanita dan mereka mengenakan seragam kerja berwarna
hitam.
 |
Hasil Pangkas Rp. 225.000,- |
Salah seorang karyawan mempersilahkanku duduk dan meminta
seorang rekannya untuk menyimpan jaketku di lemari. Setelah bertanya bagaimana
aku mau rambutku dipangkas, mulailah dia bekerja. Pertama-tama rambutku dicuci
bersih, lalu aku pindah ke kursi pangkas dan dia mulai memangkas rambutku. Ada sedikit
hal unik yang berbeda dengan kebiasaan di tempat aku pangkas rambut selama ini.
Karyawan ini memangkas rambutku sambil duduk di bangku
kecil yang beroda. Hanya sesekali dia berdiri untuk memotong rambut di bagian
atas kepala. Kursi pangkas untuk pelanggannya sendiri memang lebih rendah daripada yang di Indonesia.
Bagaimana hasil kerjanya? Lumayan lah, kalau tidak mau dibilang
jelek. Karena setelah aku lihat lebih jelas di kostan, ternyata potongan
jambangku sebelah kiri dan kanan agak tidak seimbang. Jadi aku harus
merapikannya lagi sendiri. Padahal aku sudah membayar mahal, 15 Euro. Itu pun cuma
untuk pangkas dan cuci rambut, tanpa cukur jenggot dan kumis. Apa boleh buat, harga jasa
disini memang jauh lebih mahal daripada di Indonesia. Kalau biasanya aku membayar paling mahal Rp. 20.000,- untuk sekali pangkas, kali ini aku harus mengeluarkan
uang senilai Rp, 225.000,-. Mahalnya lebih dari sebelas kali lipat. Wah-wah... Memang sebaiknya pikiran untuk
mengkonversi harga dalam euro ke rupiah dibuang jauh-jauh dari pikiran. Kalau tidak, ya bakal sering merasa rugi.
Related Posts:
hehehe.. mahalllll kali pangkas rambut aja bro.
BalasHapusbesok2, pangkas sendiri aja :)
Kalau pangkas sendiri kaya' digigit tikus ntar hasilnya.
HapusJadi pangkasnya 3 bulan sekali aja Da, :D
Aaaah... Jack, kan udah banyak tu cerita gtu. Pangkas rambut mahal, jadi banyak yang baru pangkas rambut setahun sekali.
BalasHapusetapi, apa hidup qe makmur ya di sana?
-Intan Khuratul Aini-
Ga makmur2 kali juga Tan, penghasilan cuma dari beasiswa nih.
HapusHarus bisa hemat, salah satunya ya dengan ga pangkas rambut sebulan sekali kaya' dulu...
wee mahall amat kak
BalasHapus