Tadi siang sekitar jam tiga aku lagi tidur-tiduran
sambil nonton TV, ketika tiba-tiba mamaku menelepon, “Jaki, tolong beli jeruk
purut di Peunayong dua buah, nanti sore mama pulang ke Banda.” Begitu pesan
mamaku yang sedang berada di Saree. “Iya, nanti Jaki beli habis asar,” jawabku
sambil lanjut nonton.
Beberapa menit kemudian, handphone-ku berbunyi lagi.
Kali ini dari bosku di kantor. Aku disuruh ke kantor karena si bos perlu gambar
rumah yang beberapa waktu lalu kuhitung. Kubilang sama si bos, habis asar aku
ke kantor. Sudah beberapa hari ini aku tidak masuk kantor. Bukannya sengaja
bolos, tapi kantor kontraktor di akhir tahun memang tidak banyak kerjaan. Tidak
seperti 2-3 bulan lalu, waktu aku harus lembur sampai tengah malam untuk
membuat penawaran-penawaran proyek. So, nanti sore sudah ada dua kegiatan yang
akan kukerjakan.
Waktu asar pun tiba. Aku mandi, berpakaian, dan
shalat asar. Aku mau keluar rumah, tiba-tiba handphone berdering lagi, kali ini
dari adikku. “Bang, bisa jemput adek di sekolah?” Dia memintaku menjemputnya di
MTsN Model Banda Aceh, sekolahku juga dulu. “OK, tunggu di depan sekolah,”
jawabku. Bertambah lagi kegiatan sore ini.
Aku baru saja mau menghidupkan motor, saat orang yang
sewa rumah di depan rumahku mengutak-atik keran PDAM karena air tidak mengalir.
Ya, di depan rumahku ada satu unit rumah bantuan yang didapat karena daerahku
tempat tinggalku termasuk yang terkena tsunami Aceh tahun 2004 dulu. Rumah itu
sekarang disewa oleh dua orang mahasiswa. Akhirnya aku bilang sama dia, ambil
saja air dari keran di depan rumahku, kalau aku nyalakan mesin pompa air, airnya
lancar kok. Aku menyalakan pompa air, lalu menyuruhnya mengalirkan air melalui
selang ke rumahnya. Setelah itu baru aku pergi menjemput adikku.
Aku jemput adikku di sekolah, langsung kuantar
kembali ke rumah. Sampai di depan gerbang saja. Kemudian aku langsung tancap
gas ke kantor. Bos sudah menunggu. Setelah jumpa si bos, aku langsung mencetak
gambar-gambar yang diminta. Setelah semua gambar dicetak, si bos kok nggak
keliatan di kantor? “Bos sedang keluar sebentar,” kata penjaga kantorku.
Padahal aku masih harus ke Peunayong membeli pesanan mamaku. Mana waktu sudah
hampir jam 6 sore lagi. Akhirnya aku langsung cabut dari kantor tanpa menjumpai
bos lagi. Gambar yang diminta kutaruh saja di atas meja.
Sampai di pasar Peunayong, ternyata nyak-nyak yang
jualan jerut purut itu masih ada. Waktu kutanya harganya, WTF... Rp. 3000,- untuk 1
jeruk purut yang kecil itu? Jauh dari harga yang dibilang mamaku, Rp. 1000,-.
Akhirnya aku beli juga 2 buah sesuai pesanan seharga Rp. 5.000,-, kemudian
pulang.
Wew, dengan segitu banyak kegiatan yang harus
dilakukan dalam satu sore saja, aku jadi kepikiran enak ya kalau jadi seperti amuba? Aku
bisa membelah diri, lalu melakukan semua kegiatan yang pada mepet waktunya itu
sekalian. Semua beres dalam satu waktu. Aku bisa ke kantor, sementara dua aku
yang lain pergi ke pasar dan menjemput adikku. Andai saja, andai...
Related Posts:
Aku juga sering mikir gitu jack. dan banyak kayaknya yang berpikir serupa :D
BalasHapuseniwei, aku curiga itu si nyak jeruk perut nipuin qe. ada tiga faktor sih:
1. dia tahu qe gak tahu harganya karena jarang belanja
2. itu harga sore.
3. dia tahu qe kepepet karena nyari jeruk sore-sore jam 6 pula. jadinya harga sorenya makin menjadi.
kalau mau husnudzon sih ada juga alasannya. Dia pasang harga tinggi karena memang itulah pedagang, tapi qe aja yang gak pande nawar :D
kabar baiknya adalah, kalau merasa itu tak adil, anggap aja itu sedekah dan rejeki nyak-nyak itu sore itu :)
Nggak tau mana yang betul Tan,
BalasHapusBoleh lah dianggap sedekah kalau kemahalan dari harga aslinya,
Toh jarang-jarang aku ke pasar,
hehe...