Hari Jumat, sudah dua hari masuk kerja setelah libur Hari Raya Idul Fitri 1433 H. Selamat lebaran untuk semua, mohon maaf lahir batin. Aku mau merangkum beberapa hal hal mengenai lebaran kali ini.
Pertama, setelah sekian lama akhirnya sebagian besar rakyat Indonesia merayakan Idul Fitri secara bersamaan. Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah kompak, sepakat kalau lebaran 1 Syawal jatuh pada hari Minggu tanggal 19 Agustus. Entah kapan terakhir kali hal ini terjadi, yang pasti sudah lama, aku sudah lupa.
Kedua, sebagai orang yang tidak punya kampung, atau memang tinggal di kampung halaman, sehingga tidak mudik ketika lebaran, aku sangat senang. Aku senang karena kota Banda Aceh, kampung halamanku menjadi sangat sepi dibandingkan dengan hari-hari biasa. Jalanan lengang, persimpangan pun tidak macet dan ribut dengan klakson orang-orang yang tidak sabar menunggu lampu merah berganti hijau. Sudah lama sekali Banda Aceh di hari normal tidak terlihat sepi seperti ini.
Selanjutnya yang ketiga. Tiap lebaran sudah jadi tradisi orang yang lebih tua dalam keluarga memberi uang, semacam angpao atau THR kepada anggota keluarga yang masih kecil. Anak yang paling tua mendapat angpao kira-kira usia SMA atau kuliah lah. Hari pertama lebaran, aku tidak mendapat angpao dari siapa pun. Aku pikir, ini memang akan jadi lebaran pertamaku tanpa angpao, dengan aku yang sudah beumur 24 tahun dan mulai bekerja ini.
Hari kedua dan ketiga aku berlebaran bersama pacar dan kawan-kawanku. Sudah jelas tidak ada angpao. Dari cerita kawan-kawan, ada juga yang senasib denganku, haha... Hari keempat, aku berlebaran ke rumah saudara-saudara terdekat dari mama dan ayahku. Aku pergi membawa adikku yang masih kelas 2 SMP dan sepupu-sepupu yang masih kecil, usia balita sampai SD. Dari 5 rumah yang kami kunjungi, aku mendapat THR di 3 rumah. Lumayan lah, walaupun tidak sebanyak sewaktu aku muda dulu (usia sekolah), hahaha... Ternyata aku masih dianggap layak mendapat THR.
Keempat, tiap hari raya pasti identik dengan bakar-bakar lilin, kembang api, dan mercon. Dulu aku juga pernah melakukannya, waktu masih kecil. Tapi beberapa tahun terakhir ini aku rasa pembakaran mercon di malam-malam lebaran sudah sangat mengganggu. Suara letusan mercon yang keras, saling sahut-menyahut antara satu kampung dengan kampung yang lain sampai tengah malam sudah menjadi polusi suara. Hal ini mengganggu orang-orang yang mau istirahat atau membutuhkan ketenangan. Sepertinya pemerintah harus lebih tegas mengenai masalah ini, misalnya dengan melakukan razia mercon oleh Satpol PP atau Wilayatul Hisbah (Polisi Syariat).
Sekarang liburan sudah selesai. Selamat bersibuk-sibuk lagi dengan semua kegian sekolah, kuliah dan pekerjaan kalian. Aku sudah mulai kangen suasana Bulan Ramadhan. Salam...
Related Posts:
Belum ada tanggapan untuk "Summary Idul Fitri"
Posting Komentar